Praktik-praktik
pendidikan TK yang berlangsung pada kurun waktu tertentu terkait erat dengan
perkembangan ilmu pengetahuan PAUD pada saat itu. Keterkaitan ini terjadi
karena ilmu pengetahuan PAUD banyak melandasi cara berpikir dan cara pandang
para praktisi pendidikan tentang cara pendidikan atau pembelajaran anak. Oleh
karena itu pembaharuan pendidikan TK merupakan sesuatu yang perlu terus
dilakukan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan PAUD.
Ilmu
pengetahuan PAUD bersifat dinamis, terus berkembang sesuai dengan perkembangan
kapasitas para ilmuwan dan para praktisi yang membidangi ilmu pengetahuan yang
bersangkutan serta dukungan metodologi dan teknologi yang dikuasai saat itu.
Misalnya
pada abad pertengahan, Filosuf Inggris John Locke (1632-1704) memandang bahwa
anak dilahirkan kedunia sebagai Tabula
Rasa atau ibarat lembaran kosong yang bisa diisi apa saja. Pandangan tabula
rasa mengasumsikan yidak adanya kode genetic bawaan yang dibawa sejak lahir.
Dengan demikian pengalaman anak melalui kesan-kesan sensorilah yang menentukan
apa yang dipelajari oleh anak dan akan menjadi apa anak itu dikemudian hari.
Dengan adanya paham tersebut maka guru TK pada masa itu tampil sebagai guru
yang dominan dan mengontrol perilaku anak dengan ketat dan kaku dengan
menerapkan kurikulum standard dan berupaya mengisi anak dengan berbagai
pengetahuan yang mereka anggap baik tanpa memperhatikan kebutuhan, minat dan
kesiapan belajar individual anak. Selain itu mereka juga menekankan hukuman,
termasuk hukuman fisik daam mendidik anak.
Hal
ini terus berlangsung hingga munculnya Pestalozzi (1746-1827), Froebel
(1782-1852) dan Montessori (1870-1952). Menurut Pestalozzi pendidikan anak
seyogianya menyerupai keadaan kehidupan keluarga dirumah. Suasana sekolah harus
hangat dan memberikan perhatian seperti orang tua dirumah. Ia juga percaya
kalau anak perlu saling belajar satu sama lain disamping belajar bersama guru.
Montessori
berpendapat bahwa semua anak berkembang melalui tahap-tahap tertentu. Pada
masing-masing tahap, anak memiliki tipe belajar tertentu. Oleh karena itu ia
mendesain bahan-bahan belajar yang disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan
anak.
Saat
ini dengan dukungan teknologi yang semakin canggih, perubahan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dibidang PAUD terjadi semakin cepat dan komprehensif.
Misalnya, penelitian tentang belahan otak kiri dan kanan (bateman, 1990)
menjelaskan bahwa masing-masing belahan otak kiri dan otak kanan menangani
aktifitas mental yang berbeda. Otak kiri menangani kegiatan mental yang
berhubungan dengan berpikir logis atau rasional, yakni yang berhubungan dengan
matematika, bahasa, logika, analisi menulis dan sejenisnya. Sedangkan otak
kanan menangani kegiatan mental yang berhubungan dengan berpikir imajinatif
atau intuitif, yakni yang berhubungan dengan imajinasi, warna, mueik, irama,
khayalan dan sejenisnya.
Hasil
penelitian dibidang neurologi tersebut memberikan landasan yang kuat dan
sekaligus mempengaruhi prinsip dan praktik pendidikan anak. Praktik pendidikan
anak yang sebelumnya lebih menekankan kemampuan berpikir logis dan rasional
berubah menjadi lebih komprehensif yang mencakup pula pengembangan kemampuan
berpikir imajinatif dan intuitif.
Ilmu
pengetahuan PAUD yang bersifat dinamis dan berkembang secara progresif, yakni
berkembang kearah yang semakin akurat, cermat dan komprehensif, semakin mampu
menjelaskan fenomena perilaku belajar anak. Bila pada masa Froebel dan
Montessori penjelasan atau konsep-konsepnya lebih bersifat spekulatif dan
filosofis, maka sekarang lebih bersifat ilmiah dan empiris.
Dengan
demikian pembaharuan berkesinambungan merupakan hal yang perlu terus dilakukan
oleh para guru TK. Para pendidik harus selalu mengikuti perkembangan keilmuan
PAUD, memahaminya serta menguptodate cara-cara pendidikan yang digunakan.
Sehingga tercipta sebuah suasana pendidikan yang dinamis, kreatif dan inovatif
dimana tujuannya anak didik lebih siap untuk menghadapi berbagai tuntutan dan
persoalan saat masuk Sekolah Dasar (SD).
0 komentar:
Posting Komentar